Tim PKSPL IPB Evaluasi Program Rehabilitasi Mangrove Di Karawang

mangrove

Tim PKSPL IPB Evaluasi Program Rehabilitasi Mangrove Di Karawang

PKSPL-IPB, Pada 28 Desember 2018 – 3 Januari 2019, Lima orang Peneliti dengan berbagai keahlian dari Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor (PKSPL-IPB) melakukan kegiatan riset Monitoring dan Evaluasi (Monev) Hasil Rehabilitasi Mangrove yang telah dijalankan sejak 2013 oleh sebuah perusahaan swasta (PT. TMMIN) yang merupakan program CSR bekerjasama dengan masyarakat setempat. Lokasi yang di teliti meliputi wilayah pesisir Kecamatan Cilebar dan Cilamaya Kulon Kabupaten Kerawang, Jawa Barat.

Kegiatan Monev ini memiliki beberapa tujuan yaitu pertama untuk melihat kondisi perkembangan dan pertumbuhan mangrove yang sudah di tanam tersebut, kedua melihat dampak yang ditimbulkan dari hasil penanaman, baik secara ekologi, sosial maupun ekonomi, dan ketiga memberikan arahan dan rekomendasi perbaikan dan pengembangan hasil rehabilitasi bagi stakeholder terkait, yang salahsatunya tentang bagaimana cara mengelola, mengembangan, dan memanfaatkan tanaman mangrove selanjutnya, agar keberadaan hutan mangrove lebih bermanfaat khususnya bagi masyarakat yang berada di sekitar lokasi rehabilitasi.

Upaya rehabilitasi lahan pesisir dengan menanam mangrove di Karawang banyak dilakukan oleh berbagai pihak,  upaya ini merupakan respon atas kerusakan lahan pesisir karena pembukaan tambak di era 1980an yang menyebabkan hilangnya pertahanan alami pesisir. Namun penanaman mangrove tersebut banyak sekali kegagalan dan belum termonitoring dan tidak terdokumentasi dengan baik, sehingga sulit mengevaluasi faktor-faktor keberhasilan dan kegagalannya.

Dengan melakukan observasi dan analisis, Tim Riset yang di ketuai oleh Dr. Dadan Mulyana (Ahli Silvikultur) ini telah menemukan fakta bahwa program rehabilitasi mangrove yang dilakukan selama ini ada yang berhasil, namun banyak juga yang kurang berhasil. kekurang berhasilan rehabilitasi karena dalam pelaksanaannya kurang mempertimbangkan karakteristik ekobiologi pantainya, akibatnya banyak tanaman mangrove yang tidak berhasil tumbuh karena setelah penanaman kembali hilang terbawa gelombang atau tertutup sedimen atau sampah sehingga mati. Namun tim juga menilai bahwa program rehabilitasi mangrove telah berhasil menjadikan sebagian pesisir Karawang di Cilebar dan Cilamaya Kulon contohnya, telah menjadi hijau dan bahkan kini sudah menjadi hutan  mangrove dan telah mengembalikan fungsi ekologinya, meskipun tantangannya masih cukup besar, namun peluang pengembangan manfaat rehabilitasi ini juga sangat besar dan menantang ke depan.

Demikian hasil observasi dan hasil wawancara  dengan berbagai pihak di lokasi. Salah satu wawancara yang dilakukan oleh M Arsyad Al  Amin (Ahli Pengelolaan Pesisir PKSPL IPB) menunjukkan bahwa, peluang pengembangan hasil rehabilitasi ini justru berasal dari kondisi masyarakat di sekitar lokasi saat ini, yang telah lebih sadar akan fungsi dan manfaat mangrove. Salah satunya pengakuan dari Pak Endang, Ketua Kelompok Sadar Wisata Suka Mulya Desa Pusaka Jaya Utara Kecamatan Cilebar. Ia mengatakan “dulu di area yang itu (sambil menunjuk titik hitam ditengah laut)  adalah hamparan tambak (lebih dari 300 m kearah laut), tapi sekarang semuanya sudah hilang jadi laut semua tanpa bekas”.  Namun, lanjut Kang Endang-panggilan akrabnya, “…dengan adanya penanaman mangrove, pelan-pelan hutan mangrove tumbuh dan menjadikan kondisi kami sekarang menjadi lebih baik. Daratan pelan-pelan juga muncul kembali sehingga kami sekarang lebih aman, karena abrasi dan angin berkurang, karena itu keberadaan mangrove itu bagi kami sangat penting”. Oleh karena itu kegiatan rahabilitasi hutan pantai sangat di butuhkan masyarakat, supaya menjaga dan mempertahankan keberadaan tanah agar tidak lagi terjadi abrasi. Untuk memperkuat masyarakat, berbagai manfaat mangrove juga dikembangkan misalnya sebagai obyke wisata, diolah sebagai bahan makanan dan minuman yang bernilai ekonomi. Salahsatu yang sudah berhasil dikembangkan oleh Kelompok Pokdarwis Suka Mulya adalah  sirup mangrove dan kerupuk mangrove.

Kelompok Pokdarwis Suka Mulya, sebagai pelaksana rehabilitasi di lokasi ini kini bahkan tengah berusaha mengembangkan lokasi rehabilitasi ini sebagai obyek wisata Mangrove unggulan di Kabupaten Karawang yang konsepnya adalah EKOWISATA MANGROVE. Aktifitas wisata yang dikembangkan bukan sekedar menjadi tempat wisata biasa, tetapi sekaligus tempat pendidikan dan penyadaran bagi masyarakat. Karenanya ada pesan-pesan yang diselipkan kepada pengunjung, mulai memperkenalkan mangrove sampai memperkenalkan produk dari buah mangrove seperti kerupuk kepada pengunjung. Selain itu untuk menarik pengunjung, berbagai ikon wisata mangrove dibuat seperti jembatan menelusuri hutan mangrove, dan disiapkan lokasi menarik untuk berswafoto bagi pengunjung salah satunya dengan tanda LOVE di ujung jembatan. –ARS & KMS –