PKSPL IPB University Bersama Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Kolaborasi Rehabilitasi Mangrove di Kampung Laut, Cilacap
PKSPL IPB University Bersama Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Kolaborasi Rehabilitasi Mangrove di Kampung Laut, Cilacap
Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) IPB bersama Lemabaga Penjamin Simpanan (LPS) melakukan penanaman mangrove dan lakukan serah terima pencanangan bantuan sosial rehabilitasi kawasan mangrove di Desa Ujungalang Kecamatan Kampung Laut Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah pada Rabu (27/12).
Selama dua tahun mendatang PKPSL IPB University bersama LPS akan melakukan kegiatan rehabilitasi hutan mangrove dengan target seluas 100 Ha yang berlokasi di Nusa Bantarloji dan Nusa Alasanom, keduanya terletak di Desa Ujung Alang.
Andy Afandy selaku Wakil Kepala PKSPL IPB University Bidang Program Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan menjelaskan bahwa mangrove memiliki banyak manfaat secara sosial ekonomi dan ekologi termasuk berperan penting dalam mitigasi bencana. Rehabilitasi Ekosistem yang didalamnya meliputi upaya pemulihan, perbaikan dan pengayaan sumberdaya hayati, habitat dan ekosistem dengan memperhatikan keseimbangan ekosistem dan atau keanekaragaman hayati (Biodiversity). Sehingga dalam program ini PKSPL IPB University tidak hanya sekedar melakukan penanaman tetapi juga melakukan pemberdayaan masyarakat yang diharapkan memberikan nilai ekonomi kepada masyarakat melalui program silvofishery.
Dijelaskan Andy lebih lanjut, mengapa rehabilitasi ekosistem penting karena konservasi merupakan salah satu prinsip dari 13 prinsip yang harus diikuti dalam upaya rehabilitasi ekosistem. Rehabilitasi ekosistem adalah sinergisitas yang akan sangat menentukan keberhasilan upaya konservasi. Sinergisitas tersebut tercermin dalam 13 prinsip dalam pelaksanaan rehabilitasi ekosistem.
“Pada kegiatan ini kami fokus pada tanaman hidup dengan target minimun tanaman hidup (survival rate/SR) sebesar 80%. Selain itu kami juga fokus memberikan dampak sosial dan ekonomi kepada masyarakat dengan sistem silvofishery. Pola rehabilitasi mangrove yang akan dilakukan adalah dengan pengalokasian areal rehabilitasi sebesar 25% untuk kegiatan silvofishery dengan tujuan untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat lokal, ” Jelas Andy.
Selanjutnya, untuk mencapai rehabilitasi dibutuhkan kolaborasi serta partisipasi masyarakat lokal yang ikut menjaga kelestarian mangrove.
Wahyono Ketua Kolak Sekancil yang bergerak dikonservasi mangrove Kampung Laut mengungkapkan sangat menyambut baik kegiatan kolaborasi tersebut dan siap berkolaborasi bersama PKSPL IPB University dan LPS.
” Kami sejak tahun 2000 telah menanam mangrove. Tantangannya pro dan kontra dari masyarakat yang tidak tahu apa manfaat dari mangrove. Padahal mangrove memiliki dampak positif pada biota laut. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami dari Kolak Sekancil mengucapkan terimakasih kepada PKSPL IPB University dan LPS atas kegiatan penanaman dan perencanaan rehabilitasi dengan sistem sylvofishery. Semoga dengan kerjasama ini akan meningkatkan ekonomi masyarakat dan mampu mewujudkan misi kami yaitu Hutan Lestari Masyarakat Sejahtera,” ungkap Wahyono.
Hal senada diungkapkan Kepala Desa Ujung Alang, Tugiono. Tugiono mengungkapkan bahwa dari sisi pemerintah desa, sangat siap berkolaborasi dari untuk mendukung tata kelola dan kebijakan rehabilitasi mangrove dengan pola silvofishery.
“Terimakasih kepada Pak Andy dari PKSPL IPB University. Dari berbagai lembaga yang datang ke Ujungalang, baru PKSPL IPB University yang mau merealisasi program, yang kami berharap akan berdampak pada ekonomi masyarakat. Menurut Saya, yang berat kedepan adalah merawatnya. Maka kami akan mendukung hal-hal yang terkait masalah aturan, Insyaallah kami akan berkolaborasi dengan pemerintah kabupaten untuk membuat aturan dan tata kelola terkait rehabilitasi mangrove,” tegas Tugiono.
Selanjutnya Hermawan Setyo Wibowo sebagai Kepala Kantor Program Restrukturisasi Perbankan dan Hubungan Lembaga LPS menyampaikan bahwa kegiatatan kolaborasi ini merupakan kegiatan sosial untuk mewujudkan hutan lestari.
“Kegiatan kolaborasi ini merupakan kegiatan sosial, Kami insyaallah akan melaksankan program ini secara berkelanjutan untuk mendukung hutan lestari dan tercapainya kesejahteraan masyarakat. Terus terang kami banyak belajar terkait mangrove dan silvofishery dari program ini. Insyaallah kedepan Kami akan sering berkunjung kesini untuk melihat perubahan, Kita akan datang lagi disini untuk makan ikan dan udang fresh di Desa Ujungalang,” jelas Hermawan.
Kemudian Herawaman menutup kata sambutannya dengan harapan setelah program ini berhasil, Kami akan lakukan replikasi kedaerah lain yang memiliki masalah yang serupa, sehingga LPS memiliki peran untuk keberlanjutan lingkungan dan ekosistem di Indonesia.
Program ini sangat penting bagi keberlanjutan perekonomian, perubahan iklim dan ekosistem pesisir-lautan dimana sangat relate dengan agenda sustainable development goals (SDGs) yaitu SDG 1 no-poverty, SDG 13: climate change dan SDG 14: life bellow water, sehingga keberlanjutan kehidupan sosial ekonomi dan ekosistem pesisir laut dapat berjalan dengan baik.
Penulis: Siti Erwina dan Nurdin Ahmadi