KONFERENSI INTERNASIONAL PULAU-PULAU DI DUNIA KE-19 (19th World Islands Conference)
KONFERENSI INTERNASIONAL PULAU-PULAU DI DUNIA KE-19 (19th World Islands Conference)
PKSPL-IPB, Mataram, 25 Juni 2024. Dari waktu ke waktu, pulau-pulau khususnya pulau-pulau kecil di dunia mengalami tekanan yang makin besar akibat perencanaan yang bias darat, kekurangpahaman mengenai budaya pulau, maupun keterbatasan-keterbatasan alamiah yang dimilikinya. Jarang disadari bahwa sebuah pulau tidak sebatas sebuah daratan di tengah laut, melainkan sebuah ruang sosial yang terbentuk lama hasil adaptasi dan interaksi antara sistem manusia dan sistem ekologi dalam rangka mempertahankan kehidupan secara berkelanjutan. Interaksi antara dua unsur ini menciptakan kultur dan perilaku yang berbeda dengan kultur pesisir di daratan utama, terlebih dengan kultur daratan. Perubahan iklim semakin memberi tekanan pada sistem ekologis dan sistem sosial ekonomi pulau-pulau. Tak hanya terancam tenggelam akibat kenaikan permukaan air laut, masyarakat pulau terancam kehilangan sumberdaya, dan akibat terburuknya adalah bermigrasi paksa ke wilayah lain karena lingkungannya tidak mampu lagi menopang sistem kehidupan mereka.
Di tengah semakin besarnya tantangan global tersebut, akademisi, praktisi maupun pengambil keputusan mengenai pengelolaan pulau-pulau di dunia berkumpul di Pulau Lombok, dalam acara “19th World Islands Conference,” yang untuk pertama kali dilaksanakan di Indonesia dengan mengusung tema “Islands and Resilience: Global Opportunities.” Tema ini menggarisbawahi pentingnya kerja sama internasional dalam mengatasi dampak perubahan iklim, mendorong ekonomi biru yang berkelanjutan, dan melestarikan budaya pulau dan keanekaragaman hayati. Melalui diskusi multidisiplin, konferensi ini bertujuan untuk mengembangkan strategi untuk memperkuat ekosistem dan komunitas pulau-pulau kecil. Konferensi ini diselenggarakan secara kolaboratif antara Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Laut (PKSPL) Lembaga Riset Internasional Kemaritiman, Kelautan dan Perikanan (LRI i-MAR) IPB University dengan Universitas Mataram, Archipelagic and Islands States Forum (AIS), dan International Small Islands Studies Association (ISISA) dengan dukungan penuh dari International Collaboration Office (ICO) IPB University, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian PPN/Bappenas, PT Amman Mineral Nusa Tenggara, Rekam Nusantara Foundation, dan ClimateWork Centre.
Konferensi ini dihadiri oleh peserta dari 25 negara di dunia, menghadirkan narasumber-narasumber kunci seperti Prof. Luky Adrianto dari Lembaga Riset Internasional Kemaritiman, Kelautan dan Perikanan (LRI i-MAR) IPB University, Prof. Adam Grydehøj dari South China University of Technology, TGH Hasanain Djuaini (Tokoh Masyarakat NTB) dan Victor Gustaaf Manoppo M.H dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut KKP untuk menampilkan isu-isu dan agenda-agenda utama dalam studi mengenai pulau di dunia, serta menghadirkan lebih dari 120 presenter dari Indonesia dan negara-negara lainnya untuk memaparkan pengalaman-pengalaman, praktik-praktik baik serta tantangan-tantangan yang dihadapi oleh pulau-pulau dalam menghadapi perubahan baik yang didorong oleh faktor antropogenik maupun alamiah.
Konferensi ini juga menghadirkan empat side event yang relevan dengan tema utama konferensi pulau-pulau dunia ke-19. Kementerian Kelautan dan Perikanan menghadirkan diskusi dengan tema “Tata kelola Pulau Kecil dalam mendukung pelaksanaan Ekonomi Biru,’ kemudian Kementerian Perencanaan Pembangunan/BAPPENAS dengan tema diskusi “Pulau-pulau Kecil dan Konteks Ekonomi Biru.” Sementara itu, ClimateWork Centre of Monash University menghadirkan tema diskusi “Lautan sebagai Peluang: Meretas Aksi Iklim berbasis Lautan menuju Net Zero dan masa depan berketahanan,” dan Rekam Nusantara menghadirkan tema “Ocean Account.”
Semua pihak berharap bahwa Konferensi International ini dapat berkontribusi dan menjadi bagian dari upaya global untuk mengatasi tantangan pembangunan berkelanjutan di negara-negara pesisir dan kepulauan dalam kerangka Dekade Ilmu Pengetahuan Kelautan PBB untuk Pembangunan Berkelanjutan dan pencapaian agenda SDGs 2030. (yp)