Implementasi Rehabilitasi Ekosistem Pesisir “Padang Lamun” di Kawasan Gili Balu Sumbawa Barat, NTB

lamun_pototano_2

Implementasi Rehabilitasi Ekosistem Pesisir “Padang Lamun” di Kawasan Gili Balu Sumbawa Barat, NTB

PKSPL-IPB, Pada awal bulan Juni tanggal 1, Tahun 2024, PKSPL-IPB melaksanakan pelatihan dan pendampingan kegiatan rehabilitasi ekosistem pesisir Kawasan Gili Balu Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Kegiatan ini dilakukan di Kantor BLUD UPTD BKPSDKP Wilayah Sumbawa, Pototano, Sumbawa Barat, NTB. Kegiatan ini diawali dengan acara sambutan oleh perwakilan PKSPL-IPB University, kemudian perwakilan PT AMMAN, dan kemudian dibuka oleh Kepala BLUD UPTD BKPSDKP. Rangkaian kegiatan atau acara ini dilaksanakan selama lima hari, dan dikemas dengan memberikan pemahaman secara teori tentang pengenalan lamun, terumbu karang dan mangrove.

Terkait lamun, para peserta dikenalkan tentang jenis-jenisnya, teknik, metode, memilih lokasi dan mempersiapkan peralatan dan bahan untuk rehabilitasi ekosistem lamun. Robba Fahrisy Darus selaku fasilitator teknis dari PKSPL IPB University menyampaikan bahwa “Keluaran dari kegiatan ini adalah masyarakat memahami jenis-jenis lamun, teknik dan metode rehabilitasi lamun dan konsep rehabilitasi lamun yang akan dilakukan kedepannya”. Tidak hanya itu, Robba juga menambahkan, bahwasannya dalam kunjungan ini untuk berkenalan dengan kelompok rehabilitasi lamun dan menyepakati lokasi pembenihan (rehabilitasi ex-situ), lokasi rehabilitasi di laut (in-situ), dan bahan-bahan yang perlu disiapkan untuk kunjungan berikutnya”.

Rheno yang didelegasikan sebagai ketua tim kerja rehabilitasi lamun menanggapi bahwa “kegiatan ini masih baru untuk kami masyarakat Pototano, karena sebelum-sebelumnya kami hanya mengenal rehabilitasi mangrove dan terumbu karang”. Ini juga menarik bagi kami karena rehabilitasi lamun digabung dengan budidaya teripang atau bulu babi dan ada juga membuat akuarium untuk pembibitan lamun,’ tambahnya.

Yuna yang salah satu dari dua anggota perempuan tim kerja lamun juga bersemangat untuk terlibat dalam kegiatan rehabilitasi ekosistem pesisir ini, khususnya lamun. Menurutnya, “ini ilmu dan pengalaman baru bagi saya karena selama ini tidak tahu kalau rumput laut atau lamun atau samo (nama lokal lamun) bisa ditanam” dan bisa saya kenalkan juga ke murid-murid nantinya, tambahnya yang sehari-hari sebagai guru di salah satu TK di desa sebelah.

Konsep rehabilitasi yang akan dilakukan adalah demoplot transplantasi ex-situ dan in-stu yang terintegrasi dengan perikanan budidaya. Budidaya ini nantinya pembesaran teripang pasir dan atau bulu babi, karena kedua biota ini bernilai ekonomis dan dapat diolah. Teknik rehabilitasi lamun ex-situ dengan menggunakan benih yang ditumbuhkan terlebih dahulu, sedangkan rehabilitasi lamun in-situ dengan metode transplantasi dan teknik sprig anchored (tunas berjangkar).

Sebanyak tiga orang tim fasilitator teknis PKSPL-IPB University untuk rehabilitasi lamun dan lima orang tim kerja lamun dari masyarakat bersepakat bahwa lokasi pembibitan dan rehabilitas ex-situ diletakkan di rumah Rheno, sedangkan untuk lokasi rehabilitasi in-situ di lakukan di Pulau Namo/Nyamuk. Dari rangkaian persiapan ini, tim kerja lamun diajak praktek langsung mengenal jenis-jenis lamun dan bagaimana memotong untuk menjadi bibit transplantasi lamun. ~RFD~.

Lokasi demplot rehabilitasi di Pulau Namo
Kondisi dasar air lokasi rehabilitasi lamun
Diskusi dengan kelompok pra rehabilitasi
Memberikan arahan ke kelompok rehabilitasi