Biskuit Spirulina, Harapan Ketahanan Pangan Di Pulau Terluar

biskuit

Biskuit Spirulina, Harapan Ketahanan Pangan Di Pulau Terluar

Ketahanan dan kemandirian pangan menjadi salah program penting Pemerintah Indonesia. Komoditas beras yang menjadi bahan makanan pokok di Indonesia membuat ketahanan dan kemandirian pangan Indonesia sangat rentan. Impor sering dilakukan untuk memenuhi kebutuhan beras serta menjaga kestabilan harganya, terutama menjelang puasa dan lebaran. Selain itu, saat ini terigu juga sudah menjadi bahan pangan penting di Indonesia. Ketergantungan terhadap beras yang merupakan satu-satunya bahan pangan lokal dan terigu yang merupakan produk impor harus dihindari. Salah satu solusi alternatif ialah dengan penganekaragaman jenis pangan menggunakan bahan baku lokal selain beras.

Selain permasalahan bahan pangan pokok sumber karbohidrat, kecukupan energi protein khususnya protein hewani bagi anak-anak maupun orang dewasa masih menjadi masalah di Indonesia. Masalah ini terjadi akibat masih kurangnya asupan protein dan konsumsi protein hewani yang masih rendah, serta masih kurangnya diversifikasi makanan dalam rangka pemenuhan kebutuhan gizi protein bagi balita, anak-anak dan orang dewasa. Hal ini tidak sebanding dengan kekayaan laut yang melimpah baik yang bersumber dari ikan (bersirip dan tak bersirip) maupun tumbuhan seperti mikroalga dan rumput laut. Ikan sangat melimpah di Indonesia dan belum semua bagian tubuh termanfaatkan, demikian pula mikroalga yang mengandung protein dan fitonutrien tinggi telah dibudidayakan di Indonesia tetapi belum menjadi makanan yang umum dikonsumsi masyarakat. Mikroalga dapat dijadikan bahan baku konsentrat protein dan sumber fitonutrien sebagai bahan fortifikasi untuk produk yang masih rendah kandungan proteinnya, rendah fitonutrien terutama antioksidan, tetapi sangat digemari di masyarakat.

Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) IPB bekerjasama dengan Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB melakukan penelitian tentang diversifikasi produk pangan biskuit yang berbasis sumber karbohidrat lokal (sagu), konsentrat protein ikan dan Spirulina. Tim peneliti yaitu Prof. Dr. Joko Santoso, Dr. Wini Trilaksani dan Dr. Iriani Setyaningsih memberikan sentuhan perbaikan agar produk pangan biskuit Spirulina tersebut dapat digunakan masyarakat di pulau-pulau terluar. Formula yang dihasilkan dalam biskuit Sprirulina ini, diharapkan dapat ikut serta menyukseskan program ketahanan dan kemandirian pangan terutama bagi masyarakat di pulau-pulau terluar