PKSPL LPPM IPB University Melakukan Survey Ekosistem Kritis Di Kabupaten Raja Ampat
![adaaa](https://pkspl.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2023/12/adaaa-770x400.jpg)
PKSPL LPPM IPB University Melakukan Survey Ekosistem Kritis Di Kabupaten Raja Ampat
Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan LPPM IPB University (PKSPL LPPM IPB University) melakukan kegiatan survey kondisi ekosistem kritis di Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN) atau Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat. Kegiatan survey tersebut merupakan rangkaian dari Program Desain Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu Dalam Mendukung Percepatan Pelaksanaan RZWP-3-K Di Provinsi Papua Barat.
Kegiatan survey tersebut dilakukan 14 hari, dimulai tanggal 6 November 2020 sampai dengan 19 November 2020. Tim surbey PKSPL LPPM IPB University diketuai oleh Dr. Dadan Mulyana dan berjumlah 10 orang yang teridiri dari 4 tim, yaitu tim sosial budaya dan ekonomi masyarakat (Muhammad Qustam Sahibuddin dan Arisman), tim ekosistem mangrove (Dadan Mulyana dan Ngudi Nurhidayat), tim ekosistem lamun (Robba Fahrisy Darus dan Naufal Rasyid) dan tim ekosistem terumbu karang (Aditya Bramandito, Mahmudin dan Novit Rikardi) serta fasilitator lokal (Nurdana Pratiwi).
Lokasi survey meliputi Kawasan Konservasi Perairan Nasional Suaka Alam Perairan (KKPN SAP) Kepulauan Waigeo Sebelah Barat, KKPN SAP Raja Ampat dan Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Selat Dampier.
Lokasi pertama yang dikunjungi adalah KKPN SAP Kepulauan Waigeo Sebelah Barat. Dimana titik pengambilan data meliputi perairan adat Kampung Selpele. Pengambilan data dilakukan selama 4 hari, mulai dari tanggal 7 – 10 November 2020. Selanjutnya mulai dari Tanggal 10 – 13 November Tim survey PKSPL LPPM IPB University melanjutkan pengambilan data pada wilayah KKPN SAP Raja Ampat. Adapun titik pengambilan data meliputi perairan adat Kampung Bianci, Kampung Mutus, Kampung Meosmanggara dan Kampung Manyaifun. Selama pengambilan data dilakukan pada wilayah KKPN SAP Kepulauan Waigeo Sebelah Barat dan di KKPN SAP Raja Ampat, tim survey PKSPL LPPM IPB University ditemani oleh staf Satuan Kerja (SATKER) Raja Ampat Mahmudin Al Kadri.
Gambar 1. Tim Survey PKSPL LPPM IPB University di Kampung Selpele
(Foto :Novit Rikardi/COREMAP-CTI project)
Selanjutnya pada tanggal 14-17 November 2020 tim survey PKSPL LPPM IPB University melanjutkan kegiatan survey pada wilayah Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Selat Dampier. Dimana titik pengambilan data dilakukan pada wilayah perairan adat Kampung Yensawai Barat, Kampung Yensawai Timur, Dusun Yarweser, Dusun Marandan Weser, Kampung Arefi Timur dan Kampung Yenbuba. Selanjutnya tanggal 18 November 2020 tim survey PKSPL LPPM IPB University menuju Kota Sorong yang kemudian tanggal 19 November 2020 kembali menuju Bogor.
Gambar 2. Tim Survey PKSPL LPPM IPB University di Dusun Yarweser
(Foto: Aditya Bramandito/COREMAP-CTI project)
Dari hasil survey yang telah dilakukan selama 14 hari tersebut, Kabupaten Raja Ampat memiliki potensi sumberdaya pesisir dan laut yang sangat besar. Potensi tersebut terdiri dari potensi perikanan tangkap, potensi perikanan budidaya serta potensi pariwisata. Dari potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Raja Ampat tersebut yang paling menonjol adalah potensi pariwisatanya. hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya home stay, resort dan cottage yang dibangun untuk fasilitas bagi wisatawan yang datang berkunjung ke Raja Ampat. Selain itu juga banyak tempat-tempat indah yang menjadi andalan bagi Kabupaten Raja Ampat guna menarik wisatawan berkunjung ke Kabupaten tersebut. Salah satu tempat yang namanya sudah terkenal hingga ke luar negeri adalah Piaynemo dan Wayag.
Disamping potensi pariwisata yang sudah tersohor hingga ke luar negeri, Raja Ampat juga menyimpan potensi perikanan tangkap dan budidaya yang pemanfaatannya belum maksimal. Akibat dari potensi perikanan yang besar, banyak aktivitas penangkapan ikan yang merusak, seperti menggunakan bom dan potasium. Yang berdampak pada kerusakan ekosistem terumbu karang. Guna melindungi ekosistem pesisir dan laut Kabupaten Raja Ampat, sudah banyak lembaga yang menjalankan program-program untuk melindungi ekosistem pesisir dan laut Kabupaten Raja Ampat seperti Coremap, CI, BLUD, KKP, Bengkel Budaya dan TNC. Disamping itu juga masyarakat lokal tidak tinggal diam, mereka juga ikut terlibat secara langsung dengan peraturan adat yang mereka warisi turun temurun yaitu sasi.
Masyarakat Kabupaten Raja Ampat sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan. Dimana mereka menafaatkan hasil laut guna memdapatkan penghasilan. Salah satu hasil laut yang menjadi andalan masyarakat mulai dari wilayah KKPN SAP Kepulauan Waigeo Sebelah Barat, KKPN SAP Raja Ampat dan KKPD Selat Dampier adalah ikan kerapu merah. Ikan kerapu merah memiliki nama tersendiri yang sudah diberikan dari pengusaha yaitu tonseng, saiseng dan faminseng. Selain ikan kerapu ada juga lobster jenis mutiara, bambu, pasir, batik dan lobster setan yang menjadi target untuk menghasilkan uang. Untuk lobster, Dusun Yarweser dan Marandan Weser tidak ditangkap baik itu untuk dikonsumsi maupun dijual, karena dilarang oleh aturan adat yang mereka percayai. -MQS-