Mangrove Genetik Dan Biodiversity Bank

genetik

Mangrove Genetik Dan Biodiversity Bank

PKSPL-IPB, Pada hari ini rabu, 8 Agustus 2018, di Gedung Executive Development Training Center, Lt 2 sedang berlangsung Diskusi Cerdas Talk Serie 2 dengan Tema “Mangrove Genetik dan Biodiversity Bank”, diskusi ini mulai berlangsung pada pukul 13.00 WIB dan rencananya akan berakhir pada pukul. 17.00 WIB.

Diskusi ini membahas tentang empat poin penting, yaitu:

  1. Pentingnya rehabilitasi lahan mangrove yang kritis;
  2. Pendekatan-pendekatan yang bisa dilakukan melalui pembangunan desa mangrove agar memiliki efek secara luas;
  3. Merancang koordinasi antar lembaga agar terciptanya efektifitas program-program rehabilitasi mangrove; dan
  4. Penyusunan instrumen dalam rangka memenuhi komitmen global Indonesia dalam penurunan emisi.

Diskusi menghadirkan akademisi, pakar, dan praktisi diantaranya Dr Sahat MP (Asdep Kemenkomaritim), Dr Hasman Maani (Dir Kebencanaan KemendesPDT), Prof Dietrich G Bengen (Guru besar FPIK IPB), Dr Ario Damar (Kepala PKSPL IPB), dan dipandu oleh Dr Perdinan MNRE (ahli Climate change dan Adaptasi perubahan iklim PSB).

Peserta diskusi yang mencapai lebih dari 100 orang yang terdiri dari beberapa undangan, mahasiswa, peneliti, dan dari lembaga non-IPB, diskusi dilakukan secara interaktif antara pembicara dengan peserta diskusi.

Dalam bahasannya tentang ekosistem mangrove yang merupakan salah satu ekosistem yang memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan. Keberadaannya mempunyai fungsi dan manfaat yang sangat penting untuk kehidupan dan masyarakat maupun untuk pertahanan keamanan negara. Keberadaan mangrove di pesisir Indonesia bisa menjadi penstabil gelombang pasang dan juga dapat berperan dalam mempertahankan biota yang terafiliasi di dalamnya.

Mangrove Indonesia saat ini hanya tersisa 3,49 juta Ha, namun dari keseluruhannya 1,82 juta hektarnya telah mengalami kondisi kritis. Hal ini berbahaya bagi ketahanan dan keamanan negara karena total pulau yang memiliki mangrove di Indonesia berjumlah 17.478 pulau kecil dan 28 pulau besar. Sementara kota/kabupaten yang memiliki mangrove 257 dari 515 kota/kabupaten yang ada di seluruh Indonesia.

Sebagai negara yang memiliki luasan mangrove 28% dari total luasan mangrove di dunia, Indonesia patut berbangga diri dengan banyaknya keanekaragaman hayati yang tersimpan di dalamnya. Keanekaragaman hayati ini patut kiranya jika kita bisa bijak dalam memanfaatkannya. Dimulai dari melindungi keberadaannya dan mengambil manfaat seperlunya tanpa merusaknya.

Begitu banyak manfaat yang dapat diambil dari keberadaan mangrove di Indonesia. Peran dan fungsi mangrove sendiri pun dimulai dari penyerap polutan, mencegah intruisi air laut, penyimpan cadangan karbon yang tinggi, tempat berpijah aneka biota laut, perlindung garis pantai dari abrasi dan tsunami, dan lain-lain. Peran dan fungsi mangrove tersebut perlu dioptimalkan agar dapat memberikan kesejahteraan dan keamanan bagi masyarakat. Namun ancaman yang dihadapi oleh mangrove ada dua macam yakni dari manusia dan dari proses alam itu sendiri. Ancaman dari manusia dapat berupa eksploitasi kayunya, perubahan penggunaan lahan, dan juga dari polusi dan pencemaran lingkungan. Sementara dari proses alam ancaman yang dihadapi berupa tsunami, abrasi, dan intruisi. Oleh karena itu perlu adanya diskusi guna mewacanakan rehabilitasi mangrove sebagai prioritas dewasa ini.

Diskusi ini terselenggara atas kerjasama Pusat Studi Bencana (PSB), bersama Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor (IPB), yang menggandeng Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB juga bersama Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Kementerian Desa, dan Pembangunan Desa Tertinggal dan Transmigrasi. -MQS-